Jesuit: Peziarah Pengharapan
Satu atau dua langkah di depan tempatku berkontemplasi atau bermeditasi, aku berdiri selama satu doa Bapa Kami. Jiwa kuarahkan ke atas, menimbang-nimbang bagaimana Allah Tuhan kita melihat aku, dst; dan membuat laku penghormatan atau perendahan diri (LR. 75).
… Allah juga tinggal dalam aku (LR. 235).
Doa Persiapan
Tuhan Allah kami, aku memohon rahmat-Mu agar semua niat, tindakan, dan pekerjaanku dapat diarahkan secara tulus untuk melayani dan memuji Keagungan Ilahi-Mu (LR. 46).
Compositio Loci
Aku mengingat kembali delapan hari perjalanan retretku sepenuh-penuhnya di hadapan Tuhan dan mempersembahkannya.
Rahmat yang dimohon
Mencecap pengertian yang mendalam akan Formula Instituti sehingga semakin dapat menghayati kharisma-identitas sebagai Jesuit; merasul di tengah kaum muda dengan penuh sukacita dan berpengharapan.
Puncta
Di tahun kerahiman yang istimewa ini, kita sebagai Jesuit memiliki kerinduan yang dalam untuk menjadi peziarah pengharapan. Oleh karena itu, mengakhiri perjalanan retret ini, marilah kita lihat kembali pertanyaanpertanyaan yang telah kita bawa, dengan merefleksikan Injil Lukas (9:1-6.10), sebagai panduan refleksi penutup kita.
- Apa yang telah kulakukan dan terjadi selama retret ini? Bagaimana perjalanan doa dan permenunganku selama retret ini? (proses: awal, tengah, akhir). Dalam hal apa dan bagaimana aku memperjuangkan sesuatu yang baru berkenaan dengan cara hidup Serikat dan menginspirasi orang muda?
- Apa yang telah Tuhan wahyukan, berikan, atau tunjukkan padaku selama retret ini? Di mana Ia hadir, apa yang telah Ia tunjukkan, ke mana Ia telah membimbingku secara pribadi?
- Apa saja yang menjadi pengalaman-pengalaman pokok atau penting di dalam retret tahunan kali ini? Apa pergumulanku terkait harapan dan bagaimana membagikannya dalam karya atau komunitasku?
Hal apa yang kusyukuri dan apa gerak batin yang muncul di dalamnya? Adakah niat baik, pembaruan hidup (renovatio vitae) atau kehendak setelah retret? Saat ini, aku akan mengungkapkan syukur dan mempersembahkan buah-buah retretku.
*Nostri dapat membaca kembali jurnal rohani atau refleksi masing-masing untuk membantu mengingat setiap dinamika perjalanan retret serta memetik buah atasnya.
Colloquy
Percakapan dilakukan dengan wawancara sewajarnya, seperti seorang sahabat dengan sahabat atau seorang abdi dengan tuan. Ada kalanya memohon rahmat, ada kalanya mempersalahkan diri atas sesuatu perbuatan yang tidak baik lain kali memberitahukan soal-soalnya dan meminta nasihat atas hal-hal itu. Diakhiri dengan doa Bapa Kami satu kali (LR. 54).
Refleksi
Setiap kali latihan selesai, selama seperempat jam, entah dengan duduk entah sambil berjalan-jalan, aku akan memeriksa, bagaimana berlangsungnya kontemplasi atau meditasi tadi.
Jikalau buruk, akan kuperiksa sebab-sebabnya mengapa begitu, dan setelah kudapat, aku akan menyesalinya, untuk selanjutnya memperbaiki diri. Jikalau baik, aku akan berterima kasih kepada Allah Tuhan kita, dan lain kali akan kulakukan secara demikian juga. (LR. 77)
Pada momen ini aku juga menyiapkan beberapa pokok refleksi yang hendak kubagikan dalam kesempatan percakapan rohani di dalam komunitas.