Allah dan Dinamika Triniter dalam Formula Instituti

Tulisan Castro

    Saat memikirkan asal-usul dan masa depannya, para Jesuit merasa yakin bahwa kesatuan yang dibentuk di antara mereka datang dari yang Mahatinggi. ... Serikat dari awal ditafsirkan sebagai inisiatif dan karya ilahi dan, oleh karenanya, hanya Allah yang dapat memberi bentuk yang Allah kehendaki; untuk membentuk ciptaan sebagai citra-Nya, sebagai keserupaan dengan-Nya dan dengan kehendak-Nya. Dalam arti ini, Formula Instituti, dengan menunjuk pada setiap dari Pribadi Triniter, menjadikanNya Sabda, membuat kehadiran dan tindakan setiap Pribadi Ilahi menjadi nyata dalam Serikat Jesus. [12]

    Allah adalah Tujuan

    Allah adalah tujuan, ke sana semua kecenderungan tertuju, yang mengatur semua, dan dari tujuan tersebut semua memperoleh makna. Formula Instituti dibuka dengan arah tujuan: “menjadi prajurit untuk Allah”, “berjuang di bawah Panji Salib”. Serikat hidup dan bekerja untuk “kemuliaan Allah” dan Allah menjadi horizon pertama dan alasan keberadaan semua panggilan Institut ini: “Mesti selalu meletakkan pandangannya tentang hidup ini pertama-tama untuk Allah dan kemudian untuk cara hidup Institut yang menjadi jalan menuju kepada Allah”. [13]

    Di sini terletak teologi Asas dan Dasar: “Serikat diciptakan untuk memuji, mengabdi dan menghormati Allah Tuhan kita, dan dengan demikian, menyelamatkan jiwanya” [LR 23]. Sumber makna, yang darinya segala sesuatu berasal, adalah Allah dan Serikat Jesus memiliki alasan keberadaannya sejauh mengacu kepada sumbernya dan kepada horizon metafisiknya, Allah Bapa. Allah sebagai realitas tertinggi melebih semua yang tidak dapat kita jangkau, kita pikirkan maupun kita inginkan. [14]

    Oleh karena itu, Formula Instituti (FI) terhubung dengan Allah melalui tujuannya: “tujuan yang Allah berikan kepada setiap anggotanya” dan “tujuan yang Allah serta Serikat tunjukkan kepadanya”. Serikat tetap berada dalam ruang kodratinya, yang sekaligus juga berada dalam dimensi adikodrati atau teologis, sebagai suatu realitas yang terarah pada tujuan tertinggi—baik yang bersifat kodrati maupun adikodrati—yang berasal dari Allah, dalam arti “sesuatu yang diciptakan”. Dalam Memorial [M], P. Luis Gonçalves da Câmara menggambarkan tahapan FI dalam kehidupan Ignatius: “Andaikata Paus membebaskan Serikat dari segala sesuatu, bahkan dalam situasi seperti itu, saya yakin bahwa jika saya merenungkannya seperempat jam dalam doa, saya akan merasa begitu bersukacita, bahkan lebih daripada sebelumnya” [M 182]. [16]

    Persahabatan dengan Yesus, Allah Putera

    Dari Formula Instituti yang sama, kita dapat memahami bahwa Yesus menempati posisi sentral dalam sistem teologi spiritual Jesuit sebagai realitas yang nyata, terwujud dalam inkarnasi, dan dengan demikian menjadi perwujudan historis dari Allah. Yesus adalah jalan yang dilalui Serikat di sini dan saat ini, dalam ruang dan waktu kini, menuju tujuan akhir yang bersifat eskatologis.

    Memang benar bahwa Ignatius saat di Paris berperan sebagai faktor atau variabel insani yang berfungsi sebagai sarana bagi aktualisasi rahmat nyata dalam diri para sahabatnya. Perlahan-lahan, kelompok ini semakin kuat dan mengalami penataan ulang secara ilahi (divinamente redimensionado). Mereka menyadari bahwa inti energi dan motivasi yang mempersatukan para anggota kelompok, sekaligus menghubungkan mereka dengan rencana-rencana ilahi, adalah pengalaman akan Tuhan Yesus.

    Menarik untuk diperhatikan bahwa baik di dalam Deliberatio 1539 maupun dalam FI tidak terdapat satu pun referensi langsung kepada Ignatius. [17]

    Teks Formula Instituti (FI) tidak memberikan informasi teologis yang cukup untuk menyusun suatu Kristologi Ignasian secara mendalam, namun secara jelas menampilkan beberapa indikasi tentang Yesus yang kemudian secara tegas diuraikan oleh para sahabat Ignatius. Serikat Jesus mengabdi kepada Tuhan Yesus, dan beserta para anggotanya, mencapai tujuan akhirnya (alasan dasar pendirian Serikat) serta mewujudkan misinya secara terstruktur.

    Meditasi-meditasi dalam Latihan Rohani, khususnya kontemplasi tentang Penjelmaan Tuhan (*LR 101-109*) dan meditasi Panggilan Raja Dunia (*LR 91-98*), menjadi landasan sekaligus inspirasi bagi kehadiran Yesus di tengah dan di hadapan Serikat, dengan menyediakan dasar-dasar Kristologis yang kokoh. [18]

    “Apa jejak-jejak Yesus yang nampak di dalam Formula Instituti?”

    Yesus Kristus, Tuhan adalah Dia yang memberi identitas kelompok yang membentuk suatu “persahabatan dengan Dia”. Yesus adalah “Tuhan” pemimpin Serikat yang kelihatan, Pemimpin Tertinggi (sumo Capitán) yang menjaga dan merawat para anggota-Nya. Dalam FI sebutan “Tuhan” dikenakan baik kepada Yesus maupun kepada Paus “di bawah ketaatan terhadap tuan Bapa Suci Paus Paulus III” (… de nuestro santisimo señor el Papa Paulo III), “yang disebut tuan kita Paulus III” (ya dicho señor nuestro Paulo III). Sebutan “señor” bersama untuk dua pribadi, Yesus dan wakil-Nya mendekatkan makna teologis dan afektif ungkapan tersebut: dengan melayani wakil-Nya berarti juga melayani Tuhan. Menarik untuk diperhatikan, FI menunjuk Yesus (sekali), Kristus (3 kali) atau Yesus Kristus (5 kali); demikian, dipilihnya nama Yesus dimaksudkan untuk lebih menonjolkan dimensi historis dari wajah Bapa di dunia. [19]

    Sebagai Tuhan yang baik, para bawahan-Nya mempercayakan diri pada pemeliharaan-Nya dan yakin bahwa Ia akan menyediakan segala hal baik yang dibutuhkan: “Tuhan kita Yesus Kristus akan menyediakan yang dibutuhkan, makanan dan pakaian bagi para hamba-Nya yang hanya mencari kerajaan Allah”; “rumah-rumah yang akan diberikan kepada kita disediakan untuk bekerja di kebun anggur-Nya”. [20]

    Dalam cara bertindak yang acuannya adalah Yesus, Serikat mendasarkan aspek aktif dan kerasulan para anggotanya. Yesus aktif di dalam kegiatan perjuangan dan militansi. Mereka yang ingin menjadi bagian dari Serikat ini akan “menjadi prajurit untuk Tuhan”, yang berkomitmen “untuk berjuang bagi Tuhan” serta menjadi bagian dari “tentara Yesus Kristus” (2 kali). [21]

    Roh Kudus Sang Penggerak

    Formula Instituti mengaitkan Roh Kudus dengan buah-buah dan proses diskresi. Meskipun dalam Latihan Rohani kehadiran Roh Kudus tidak terlalu ditonjolkan, dalam FI justru muncul pada momen-momen krusial untuk menunjukkan tindakan ilahi yang penuh kebijaksanaan di dalam batin setiap Yesuit. Kehadiran Roh Kudus ini menunjukkan cara Allah bekerja secara langsung dan personal - suatu intervensi ilahi yang tak tergantikan dalam hati manusia, khususnya dalam proses penjernihan batin untuk mengenali panggilan hidup. [22]

    Adalah Roh Kudus yang menggerakkan hati, yang mengobarkan gerak-gerak batin, yang menyemangati untuk maju di jalan dan perjuangan Kristus. Dua kali Roh Kudus muncul sebagai cahaya yang menerangi proses di dalam mengambil keputusan; Adalah Roh Kudus menerima Serikat Jesus: “menurut rahmat yang Roh Kudus komunikasikan” dan Roh Kudus yang memberi rahmat cukup untuk mewujudkan panggilan: “Roh Kudus yang menggerakkan (orang yang mempertimbangkan menjadi bagian dari Serikat), Roh Kudus juga yang menjanjikan demikian banyak rahmat yang dapat diharapkan, dengan bantuan-Nya menanggung beban panggilan”. [23]

    Kehadiran Roh Kudus Allah di dalam Formula Instituti dan rencana-rencana yang baru dirintis Serikat Jesus diintuisikan dan dirumuskan oleh Paulus III dengan mengatakan: “Spiritus Dei hic est” (Roh Allah ada di sini) pada saat Contarini selesai membaca lima bab (Quinque Capitula 1539) di hadapan Paus”. [24]