Identitas dan kharisma hidup sebagai Jesuit
Tulisan Arturo Sosa
Kesadaran yang tumbuh tentang menghayati perubahan zaman yang efeknya kita rasakan, sedikit demi sedikit tampak bahwa dampaknya jauh lebih besar, seperti “perubahan antropologi” yang sedang berlangsung dan terus disampaikan, dan bahwa kita belajar mengatasi ketidakpastian yang berhubungan zaman kita hidup ini, meyakinkan saya tetang perlunya mengerti lebih baik sumber kharisma dan dasar-dasar hidup perutusan yang untuknya kita dipanggil sebagai Serikat Jesus dalam momentum sejarah ini. (1§4)
Hal ini bukanlah hal baru. Dalam perjalanan sejarah Gereja dan Serikat, kita perlu minum dari sumber-sumbernya sendiri untuk menanggapi panggilan-panggilan baru secara konsisten. Adalah juga intuisi dari Konsili Vatikan II ketika meminta semua kongregasi dan lembaga hidup bakti kembali ke sumber-sumbernya untuk secara mendalam menyertai pembaruan Gereja yang ditetapkan oleh Konsili dalam kesetiaan terhadap angin kuat Roh Kudus yang menggerakkan. (1§5)
Memperbarui identitas kita sebagai Serikat yang paling hina yang berkolaborasi (input-mínima Compañía colaboradora) terasa kuat menggemakan panggilan yang kita rasakan dalam beberapa tahun terakhir (*lebih lanjut, nostri dapat membaca dua bab pertama dari tulisan Pater Jenderal Arturo Sosa pada bagian lampiran). (1§9)
(Sekarang), dengan membaca ulang Formula Instituti (FI), kita melakukan lebih dari sekadar menemukan kembali sumber-sumber identitas kita dan visi pendirian Serikat. Kita mengalaminya lagi secara baru dan mendengar panggilan Serikat yang secara konstan melintasi zaman untuk berbicara kepada kita secara langsung, memanggil kita kembali untuk memperbarui pilihan kita untuk bersama dengan Kristus (iconestar con Cristo) di dalam perutusan-Nya dan keinginan kita untuk sampai pada kerendahan hati ketiga yang adalah jalan Kristus itu. (6§6)
Tulisan Goujon
Ada sebuah tantangan di sini. Saat ini, kehidupan rohani sebagian besar dipahami sebagai proses pemenuhan diri sendiri dan mengikuti Kristus terutama didefinisikan secara individual. Bagi kebanyakan dari kita, kehidupan rohani berarti pertama-tama relasiku dengan Tuhan - dan ini mungkin memiliki akar yang dalam lewat Latihan Rohani. Di sisi lain, jalan yang dibuka oleh para Companions adalah jalan yang menginkorporasikan keinginan individu dalam suatu tubuh religius.
Saya berpendapat bahwa Formula Instituti ini menyatukan dua hal yang dalam perspektif kontemporer kita saling berlawanan: kekuatan keinginan (desire) individu dan ketaatan. Keduanya disatukan oleh perutusan (mission). (1§3)

Ignatius adalah pendiri pertama yang memulai suatu ordo apostolis dalam segala kemurniannya. Dalam Latihan Rohani dan di seluruh tulisannya, ketika ia mengacu pada “niat murni” (pure intention), yang ia maksudkan adalah komitmen sejati seorang Kristiani untuk menjadikan kemuliaan Allah yang lebih besar sebagai kriteria untuk semua keputusannya: bukan hanya beberapa keputusan, bukan hanya keputusan-keputusan besar, tetapi semuanya. Tak ada tujuan akhir yang lebih mulia dan bermakna!
Kepada para Jesuit di Coimbra tahun 1547, Ignatius menulis demikian: “Adalah benar bahwa semua perintah di dalam Gereja diarahkan demi kehormatan dan kemuliaan-Nya, keselamatan jiwa dan pertolongan pada sesama. Tuhan telah memanggil kalian untuk hal ini, bukan hanya sebagai tujuan umum, melainkan bahwa seluruh hidup dan aktivitas kalian perlu dijadikan sebagai sebuah korban persembahan yang berkesinambungan. Hal ini membutuhkan kerja sama kalian, tak berhenti hanya dengan teladan dan doa yang sungguh-sungguh, tetapi mencakup semua sarana lahiriah yang telah disediakan melalui penyelenggaraan Ilahi.”