Membangun Budaya Mrompang! The Culture of Vocation Promotion
Satu atau dua langkah di depan tempatku berkontemplasi atau bermeditasi, aku berdiri selama satu doa Bapa Kami. Jiwa kuarahkan ke atas, menimbang-nimbang bagaimana Allah Tuhan kita melihat aku, dst; dan membuat laku penghormatan atau perendahan diri (LR. 75).
… Allah juga tinggal dalam aku (LR. 235).
Doa Persiapan
Tuhan Allah kami, aku memohon rahmat-Mu agar semua niat, tindakan, dan pekerjaanku dapat diarahkan secara tulus untuk melayani dan memuji Keagungan Ilahi-Mu (LR. 46).
Bahan
Surat Pater Jenderal Arturo Sosa, SJ (12 April 2021)
“Mempromosikan Panggilan Serikat Jesus”
Compositio Loci
Aku membayangkan kehadiran Serikat Jesus universal di tengah Gereja dan dunia saat ini. Kutelusuri kembali perjumpaan, pengalaman keterlibatanku dalam gerak aktivitas promosi panggilan atau kehadiranku dalam proses pendampingan seseorang dalam diskresi panggilan hidup.
Rahmat yang dimohon
Keterbukaan hati dan kehendak kuat untuk ikut terlibat dalam membangun budaya promosi panggilan; murah hati berbagi sukacita panggilan hidup religius terutama pada orang muda.
Puncta
Pater Jenderal Arturo Sosa menggarisbawahi dua hal secara khusus:
Pertama dan terutama adalah doa harian, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Mat 9:37-8). Berdoa secara konsisten, setiap hari, secara pribadi maupun bersama-sama bukan hanya mengajukan permohonan langsung pada Tuhan, “tuan yang empunya tuaian”, melainkan juga mengubah kita, memperluas dan memperdalam hasrat kita dan membuat kita semakin selaras dengan mereka yang mungkin sedang dipanggil Tuhan dalam konteks sekitar kita.
Kedua, kita harus menciptakan ruang dan kesempatan bagi para pemuda untuk membayangkan dan mengalami seperti apa hidup seorang Jesuit itu. Promosi panggilan yang terbaik adalah melalui para Jesuit yang bergembira dengan panggilan mereka sendiri dan mencerminkan sukacita sejati dengan menghidupinya secara kasat mata.
- Bagaimana komunitas-komunitas kita dapat mengembangkan hospitalitas dan mengungkapkan nuansa keterbukaan dan mencerminkan suatu cara hidup yang menarik dan memikat? Apakah aku sadari bahwa setiap tindakan dan pilihanku memiliki dampak entah langsung atau tidak langsung terhadap promosi panggilan? Apa yang secara konkret dan pribadi bisa kulakukan sebagai wujud promosi panggilan?
- Sudahkah kita merengkuh keluar pada para pemuda dan menciptakan kesempatan bagi mereka untuk mengenal cara hidup kita; menemani mereka yang sedang dalam pergulatan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai kehidupan? Apakah kita bersedia untuk mengatakan pada seorang pemuda bahwa, dalam terang kualitas dan potensinya, kita dapat melihatnya sebagai seorang Jesuit? Apakah kita terbuka untuk berbagi cerita mereka dan cerita kita sendiri? Bagaimana kita membangun jejaring dan kerja sama dengan pihak lain untuk mempromosikan panggilan hidup religius?
Colloquy
Percakapan dilakukan dengan wawancara sewajarnya, seperti seorang sahabat dengan sahabat atau seorang abdi dengan tuan. Ada kalanya memohon rahmat, ada kalanya mempersalahkan diri atas sesuatu perbuatan yang tidak baik lain kali memberitahukan soal-soalnya dan meminta nasihat atas hal-hal itu. Diakhiri dengan doa Bapa Kami satu kali (LR. 54).
Refleksi
Setiap kali latihan selesai, selama seperempat jam, entah dengan duduk entah sambil berjalan-jalan, aku akan memeriksa, bagaimana berlangsungnya kontemplasi atau meditasi tadi.
Jikalau buruk, akan kuperiksa sebab-sebabnya mengapa begitu, dan setelah kudapat, aku akan menyesalinya, untuk selanjutnya memperbaiki diri. Jikalau baik, aku akan berterima kasih kepada Allah Tuhan kita, dan lain kali akan kulakukan secara demikian juga. (LR. 77)